disadur dari kompasiana (supranatural batak)
Masyarakat Rumpun Batak, dahulu, menggunakan tulisan hanya untuk:
1. Ilmu Supranatural (Hadatuon)
2. Surat (kebanyakan bentuk surat ancaman)
3. Bagi Orang Karo, simalungun dan Angkola-Mandailing, ada ditemukan
karya Sastra berbentuk Ratapan (Orang Karo menyebutnya Bilang-Bilang,
Simalungun: Suman-Suman, Angkola-Mandailing: Andung), Karya Sastra
berbentuk ratapan ini biasa ditulis pada wadah bambu atau lidi tenun.
Prihal ilmu Supranatural (Hadatuon), dalam Pustaha Laklak bisa kita kelompokkan berbagai Ilmu-Ilmu Supranatural Batak, sbb:
1. Pangulubalang
2. Tunggal Panaluan
3. Pamunu Tanduk
4. Pamodilan/Tembak
5. Gadam
6. Pagar
7. Sarang Timah
8. Simbora
9. Songon
10. Piluk2
11. Tamba Tua
12. Dorma
13. Paranggiron
14. Porsili
15. Ambangan
16. Pamapai Ulu-ulu
17. Ramalan Perbintangan (Pormesa na Sampulu Duwa, Panggorda na Ualu,
Pehu na Pitu, Pormamis na Lima, Tajom Burik, Panei na Bolon, Porhalaan,
Ari Rojang, Ari na Pitu, Sitiga Bulan, Katika Johor, Pangarambui,dll)
18. Ramalan memakai Binatang (Aji Nangkapiring, Manuk Gantung, Aji Payung, Porbuhitan, Gorak-gorahan Sibarobat,dll)
19. Ramalan Rambu Siporhas, Panambuhi, Pormunian, Partimusan, Hariara masundung di langit, Parsopouan, Tondung, Rasiyan, dll
Banyak kita temukan ilmu untuk menyerang musuh dan santet. bisa dalam bentuk racun ataupun ilmu lainnya.
Kita contohkan saja:
PANGULUBALANG
yaitu washilah yang dijadikan hulubalang Sang Datu (Dukun) untuk menghancurkan musuh dan mahluk gaib lainnya.
Seorangg anak kecil diculik, lalu diasuh oleh si Datu. Segala maunya
dituruti asal bisa patuh. Pada saat yang ditentukan, kemudian sianak
dikorbankan, dengan cara dimasukkan kedalam mulutnya berupa cairan
timah yang mendidih. Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur
dengan beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk. Air fermentasi yang
keluar dari mayat anak tadi disimpan didalam cawan, lalu sisanya
dibakar untuk mendapatkan abunya. Untuk memanggil Sianak yang sudah
dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yg disebut
Pangulubalang. Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu
bisa memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.
TUNGGAL PANALUAN
berupa tongkat sakti yang dimiliki Datu-datu Batak, diyakini bahwa tongkat ini hidup dan bisa disuruh.
PAMUNU/PEMBUNUH TANDUK
ilmu yg berfungsi untuk menetralkan ilmu kiriman lawan. bisa juga digunakan untuk menyerang musuh. ini berupa tanduk.
PAMODILAN/TEMBAK
adalah ilmu yg digunakan untuk menembak musuh baik dengan menggunakan
senjata (bodil) maupun dengan syarat atau tabas-tabas (mantra) tanpa
menggunakan senjata.
GADAM
ilmu racun sehingga kulit musuh akan seperti penderita kusta.
PAGAR (PENOLAK BALA)
Okultisme Batak ini, dibuat dari berbagai bahan dengan waktu dan cara
pembuatannya yg sangat mengikuti prosesi ritual. Biasanya menggunakan
ayam, lalu bahan dibawa ke tempat yang dianggap keramat (sombaon,
sinumbah).
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat ramuan Pagar ini.
Ramuan ditumbuk halus seperti pasta atau bubuk yg disimpan dalam Naga
Morsarang (tanduk kerbau yg berukir).
“Pagar hami so hona begu so hona aji ni halak”, ini contoh tabas (mantra) yang digunakan.
Penggunaan penolak bala ini, biasanya diberikan pada pasien perorangan
ataupun kolektif, seperti; Pagar Panganon (Ilmu tolak bala berupa
makanan yg wajib dimakan pasien), Pagar Sihuntion (dijunjung atau
digantung oleh perempuan hamil), Pagar ni halang ulu modom ( Digantung
didekat tempat tidur org yg sakit), Pagar Sada bagas (Tolak bala
sekeluarga), Pagar Sada huta (Ruwatan Kampung).
AZIMAT,
Dulu Orang Batak akan lebih ‘pede’ jika pakai jimat. Kontribusi Aceh,
Melayu Sumatera Timur dan Minangkabau sangat besar terhadap keberadaan
jimat bagi Orang Batak. Simbora adalah azimat asli Batak yang terbuat
dari timah hitam.
Selain itu, kita temukan juga azimat dari gigi binatang; seperti
harimau, beruang. Ada juga jimat agar tidak mempan peluru yg biasa
terbuat dari tulang kerbau yg dirajahi; azimat ini disebut Sarang Bodil
atau Sarang Tima.
SONGON/POHUNG/PILUK-PILUK
Adalah sejenis patung (gana-gana) yang diletakkan di ladang untuk melindungi dari pencuri.
“Surung ma ho Batara Pangulubalang ni pohungku, ama ni pungpung
jari-jari, ina ni pungpung jari-jari, Batara si pungpung jari. Surung
pamungpung ma jari-jari ni sitangko sinuanku onon, surung bunu”, ini
adalah mantra (tabas) Pohung agar pencuri menjadi lumpuh jari-jarinya,
bahkan mati.
Tukkot Tunggal Panaluan & Pinggan yg biasa dipergunakan leluhur
Batak untuk wadah makanan adat atau kepentingan hadatuon; memang bayak
yg sudah beralih tangan ke pihak luar. bukan itu saja, pustaha laklak
jg banyak beralih tangan kepemilikannya.
Ada cara supranatural Batak untuk mengembalikan harta leluhur.
Orang Batak sangat menghormati para leluhur; makanya dalam
sejarah-sejarah Batak, sering terjadi pengkaburan, akibat orang Batak
tidak ingin ada sebuah fase yang dianggap jelek yangg berhubungan
dengan leluhurnya.
Adong pardomuan ni halak na mangolu dohot angka na mate (Ada
interaksi antara yg hidup dengan yg sudah wafat). Orang Batak
menganggap bahwa, interaksi ini memiliki pengaruh yag besar baik bagi
manusia yang hidup, maupun bagi roh-roh orang mati.
Pada masyarakat Batak (Toba) dikenal 8 tingkat kematian. Dari yang terendah:
Pertama, Mate Tarposo (Mati dalam kandungan atau saat masih bayi).
Kedua, Mate Poso (Mati kanak-kanak dan sebelum kimpoi).
Ketiga, Mate Pupur (Mati tua tanpa pernah kimpoi).
Keempat, Mate Punu (Mati sesudah kimpoi, tidak punya anak).
Kelima, Mate Mangkar (Mati setelah ada anak yang kimpoi, tetapi belum punya cucu). Keenam, Mate Sarimatua (Mati sudah punya cucu, tetapi masih ada anaknya yang belum kimpoi).
Ketujuh, Mate Saurmatua (Mati setelah semua anak kimpoi dan mempunyai cucu).
Kedelapan, Mate Mauli Bulung (Mati setelah cucunya
sudah punya cucu lagi dan status sosialnya baik serta tak ada seorang
pun dari keturunannya meninggal mendahuluinya). Mulai dari Mate Tarposo
hingga Mate Punu dapat dikatakan tidak dilakukan acara adat yang
berarti, karena hal itu dianggap belum lengkap kehidupan seseorang.
Acara adat dilakukan dan akan semakin besar serta memakan waktu lama
dimulai dari jenis Mate Mangkar hingga kepada Mate Mauli Bulung.
penghormatan terhadap seorang leluhur yang berada di alam baka dapat
kita lihat melalui bentuk kuburan yang ada. Bagi orang Batak (Toba),
kuburan terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Kuburan umum tempat pemakaman satu kampung (Huta).
2. Disebut “Tambak” berupa tanah yang ditinggikan di
atas kuburan seorang yang mati dalam peringkat Sarimatua/Saurmatua.
Tanah yang ditinggikan tersebut terdapat rumput manis, diletakkan
secara terbalik, bertingkat tiga, lima, tujuh. Di atas tanah yang
ditinggikan itu ditanam pohon Hariara/Beringin atau Bintatar sebagai
pertanda. Dengan berbagai variasi yang berkembang kemudian, Tambak
digunakan sebagai pusara bagi keluarga atau marga dan biasanya dibangun
di kampung asal (Bona Pasogit).
3. Tugu sebagai monumen, pembangunannya berkembang
secara besar-besaran setelah Tugu Raja Sisingamangaraja XII dibuat.
Tugu biasanya dibangun untuk persatuan marga di bona pasogit (kampung
asal) dan di dalamnya terdapat tulang belulang leluhur dengan ritual
Mangokkal Holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang.
NB: sampai skrg Pangulubalang masih ada di Tukka (kecamatan Pakkat,
Humbahas. Sumatera Utara) yg menjadi artifak atas nama Marga Marpaung.
Artifak ini pernah hendak dicuri oleh pendatang dengan tujuan bisnis
ratusan juta rupiah @ artifak. pencurian ini gagal dengan cara yang
cukup mistis. menurut cerita yang beredar di masyarakat Pakkat, artifak
ini tidak mau dibawa keluar dari Pakkat dan bergerak dengan sendirinya.
0 komentar